Kamis, 22 September 2016

Resensi Novel Sunset in Weh Island









Judul Resensi    : Kilau Senja Mampu Meretas Rindu
Judul Buku        : Sunset in Weh Island : Bersamamu Mengejar Kilau Senja
Pengarang       : Aida M. A.
Penerbit           : Bentang Pustaka
Resensator       : Renanda Nur’afika
Tahun Terbit    : 2013
Tebal Buku      : viii + 246 halaman
ISBN               : 978-602-9397-73-4
Jenis Buku       : Fiksi
Harga Buku     : Rp. 45.000,00.-
Jenis Kertas     : Buram
            Kali ini kak Aida kembali memberi kejutan manis di novel terbarunya Sunset in Weh Island (SiWI). Bukan saja alur yang melompat-lompat indah seperti jete yang dilakukan balerina di atas toes shoes, juga penggambaran setting yang detail nan memukau. Namun seperti halnya novel remaja dan tulisan Kak Aida yang lainnya, diksi yang dipilih Kak Aida tidak bertele-tele dan jauh dari kesan ‘sok puitis’.Gaya pop yang tetap dipertahankan dalam novel genre romantis kali ini, justru menambah kesan enerjik dan hidup.
            Novel terbitan Bentang Belia ini mengambil secuil setting di Frankurt International Airport. Dipermanis lagi dengan pengetahuan Kak Aida tentang negeri Hitler ini yang dibeber di bab Sunrise in Rubiah Island. Karakter pasangan yang dipilih pun cukup menarik.Awal pertemuan Axel, seorang pria Jerman dan Mala, gadis Aceh blesteran Jerman, secara tak sengaja di sebuah aksiden ketika kedua remaja itu sedang melompat ke kapal menuju pulau Sabang.Untuk selanjutnya Axel dengan resmi memberi gelar kepada Mala sebagai ‘The Accident Girl’.  Kisah mereka bermula di sini.
            Romantika yang dipadu-padankan di novel Kak Aida kali ini cukup memikat.Dua karakter keras kepala dan berselisih setiap kali bertemu, kerap memberikan kesan unik dan tak menjemukan.Tak puas dengan itu, Kak Aida dengan luwesnya memboncengi kita di belakangnya untuk menjajaki nol kilometer-nya Indonesia dari sisi Barat. Ya, di sini Kak Aida menggambarkan secara gamblang tentang  Iboih, Pulau Weh, Pulau Rubiah, Aneuk Laot, tak segan Kak Aida menggambarkan view danauprivate yang biasa dinikmati penghuni setempat, membuat kita penasaran setengah mati.
            Kita diajak juga semalam menikmati suasana pulau Rubiah yang gorgeous dengan pesona gemerlap bintang yang berkedip tanpa gangguan cahaya lampu-lampu yang dialiri listrik ribuan watt.Mereka yang biasa hidup di kota-kota sibuk harus menikmati yang satu ini.Kerlip bintang alami menjadi barang langka dan mahal tentunya.
            Menikmati teduhnya pepohonan di sepanjang jalan ketika menyusuri pulau Weh, lengkap dengan spot-spot romantis tempat di mana kita bisa menikmati sunsetterindah.Kak Aida menggiring kita langsung ke tempat show room mobil second dan pabrik bakpia di Sabang. Nantinya tentu sudah tahu akan kemana kalau datang ke Sabang.
            Kak Aida membuktikan komitmennya untuk menjadikan menulis sebagai profesi.Terlihat dari kesungguhannya dalam riset demi menghasilkan tulisan yang padat dan bergizi tinggi, namun dikemas dengan ringan dan apik.
Aku hanya tahu matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ujung barat.

Namun denganmu, bahkan kilau senja saja mampu meretas rindu.

Di antara desir angin di pulau Rubiah, pada tiap butir pasir di Pulau Weh.

Ada melodi rasa yang kau kirimkan pada setiap irama ombak.

Aku...

Kamu...

Dan cinta ini... Satu!
Axel seorang turis jerman yang membuat keputusan untuk terbang ke Pulau Weh menjenguk pamannya. Keputusan itu diambilnya tidak lain karena penghianatan yang terjadi padanya.
            Dalam perjalanannya ke Pulai Weh, di Pelabuhan Ulhe-lhe ia bertubrukan dengan gadis Aceh yang super galak dan jutek. Pertemuan pertama mereka dihiasi dengan sedikit adu mulut.
            Tanpa disangka, gadis yang menubruknya di pelabuhan adalah seorang putri dari pemilik Laguna Restaurant yang bertempat di sebelah Cottage Alan Scuba Diving milik Mr. Alan yang membuat mereka sering bertemu.
            Pertengkaran karena hal-hal sepele sering terjadi diantara mereka.Adu mulut menjadi kebiasaan mereka saat bertemu.Hingga keindahan sunset menyatukan mereka.Sunset demi sunset mereka kejar bersama.Sunset yang telah menghangatkan keduanya.
“Jangan takut akan perpisahan, semua luka pasti berlalu seperti buih ombak yang perlahan menghilang. Hidup yang didasari oleh takut hanya akan menjadi sebuah ilusi dan kamu tak akan mendapatkan apapun, selain ketakutan dan kecemasan. Salami saja dalamnya lautan karena sebagian keindahan ada disana, kamu tak akan melihat keindahan itu jika kamu hanya berdiri di daratan dengan hati yang cemas.” – hlm. 71
Disaat Axel dan Mala merasa nyaman satu sama lain dalam segala hal, Raffi dan Andrea kembali datang di kehidupan keduanya.Menjadikan keduanya dihimpiot rasa bimbang dan ragu.
            Mungkinkah Axel dan mala kembali bersatu?Ataukah Axel kembali ke pelukan Andrea dan Mala berpaling ke Raffi?
“Pada kepakan sayapmu kutitippuluhan rinduku.entah disudut bentangan langit yang mana akan kusemat senduku.Cericitan camar bercerita, siapa kiranya yang sudi mengantarkan pesanku.Tak mengapa bilapun esok, atau pada sebaris bulan sabit yang malu-malu.” – hlm. 72
            Novel ini sangat menarik. Keindahan alam dijelaskan secara rinci di dalamnya. Menggunakan bahasa yang komunikatif yang menjadikan  novel ini seakan membawa pembaca kedalam ceritanya.
            Novel ini banyak menggunakan kata dengan Bahasa Jerman yang terkadang tidak di selingi dengan artinya yang membuat pembaca menjadi kebingungan dengan kronologi cerita yang sedang terjadi.
            Novel ini bisa dijadikan panduan untuk berwisata ke Kota Sabang.Karena di dalam novel ini dipaparkan dengan jelas tempat-tempat wisata yang ada di Kota Sabang.Detail yang disajikan di novel kali ini, nyaris mengalahkan brosur pariwisata pulau Sabang dalam hal menggiring pembaca untuk tahu bagaimana bisa sampai ke pulau Sabang. Bedanya ini novel dengan jumlah halaman kurang lebih 246.Diselingi kisah roman yang tidak picisan.Melalui karakter Mala yang easy going, periang, dan cerdas, kita diajak untuk lebih memaknai hidup.Pesan moral pun tetap ditinggalkan melaui karakter tokoh seperti almarhumah Mommy.Juga Bram, ayah Mala.Persahabatan tiga remaja Marcel, Andreea dan Axel. Termasuk dorongan untuk menggalakkan polah hidup ramah lingkungan yang dilakukan Mala di resort  Laguna milik Bram.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Askep Meningitis

CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN IDENTITAS KLIEN                Nama (Initial)                            : Sdr. Sukir Umur    ...