RENANDA
NUR’AFIKA
XI
BCA / 20
|
Ø CERPEN
Cinta Dalam Tanda Kutip
Dia datang, cowok itu
datang lagi ke perpustakaan kota. Karina hanya bisa
melihatnya dari balik buku yang berbaris rapi di rak. Berharap cowok itu
melirik ke arahnya.
“Hoi!” sapa Angel, temanya. Karina meloncat,
menoleh ke arah Angel.
“Ssst... diem jangan berisik!” kata Karina
sambil menempelkan jari telunjuk ke depan bibirnya.
“Apaan sih?” tanya Angel. “Serius amat,
ngeliatin apaan sih?”
“Itu, cowok yang sering gue ceritain ke lo!”
Karina menunjuk cowok berkacamata di sudut rak buku. Angel memperhatikannya
secara detail.
“Kayaknya gue kenal!”
“Eh, beneran lo?”
“Iya gue kenal! Dia temen abang gue. Oh jadi
lo suka sama dia?” Karina mengangguk. “Sini gue kenalin lo sama dia!” ajak
Angel. Mereka berjalan melewati beberapa rak buku.
“Kak Bobby!” sapa Angel akrab.
Bobby
menoleh . dia tersenyum melihat keberadaan Angel. “Hai, Ngel!” balasnya
menyapa. “Mana abang lo?”
“Di
rumah lagi tidur.” Jawab Angel, “Oh ya kak, kenalin nih temen Angel, Karina!”
Karina
tersenyum sambil mengulurkan tangannya. “Karina!” Karina tersenyum malu-malu.
“Bobby!”
balas Bobby ramah.
Di
perjalanan pulang, Karina terus membicarakan Bobby. Mulai dari gaya bicaranya, style berpakaiannya. Karina juga selalu
menanyakan segala sesuatu tentang Bobby ke Angel. Sekolah dimana? Kelas berapa?
Nomornya berapa? Udah punya pacar atau belum? Dan Angel tetap menjawabnya.
Walaupun sebenarnya risih juga.
Hari
itu Karina sudah mendapatkan nomor Bobby dari Angel. Yang jelas Angel minta ke
abangnya. Tanpa ragu-ragu Karina mengirim SMS ke Bobby terlebih dahulu.
Begitulah watak Karina yang sedikit lebih agresif dibanding dengan Angel. Untungnya Bobby bukan
tipe cowok yang sok jual mahal. Bobby langsung merespon SMS dari Karina.
Keesokan
harinya di sekolah, pagi-pagi sekali Karina sudah membicarakan Bobby. Sampai
pulang pun hanya Bobby yang selalu dibahas oleh Karina. Perihal SMS-nya
semalam. Karina sangat bahagia. Hampir setiap hari Karina dan Bobby berhubungan.
Dan semakin lama Karina sudah jauh mengenal Bobby. Tidak jarang dia curhat
masalah sekolah ke Bobby. Dan Bobby selalu memberikan solusi.
“Ngel, kok Kak Bobby belum
nembak-nembak gue sih?” tanya Karina saat jam istirahat. Angel mengangkat bahu
setengah merespon. “Kak Bobby perhatian banget sama gue. Dia selalu bales SMS
gue, ngangkat telpon dari gue. Gue yakin kalau dia suka sama gue!” kata Karina.
Angel
tertawa, “Lo ge-er banget sih?”.
“Ya
secara gitu, dia ngerespon gue banget Ngel! Setiap hari kita SMSan. Kita juga
sering teleponan. Saat gue curhat, dia selalu ngasih solusi yang menurut gue
pas banget sama masalah gue. Pokoknya Kak Bobby selalu bisa bikin gue nyaman.”
Karina bercerita dengan semangat. Senyumnya selalu mengembang jika sudah
membicarakan Bobby. Angel menyimak dengan malas. Angel merasa bosan dengan
obrolan ini. Setiap hari yang dibahas hanya Bobby, Bobby, Bobby dan Bobby
terus. Angel bahkan tidak punya kesempatan untuk membicarakan hal lain.
“Selama
ini siapa yang SMS duluan?” tanya Angel ogah-ogahan.
“Gue.”
“Yang
telepon duluan?”
“Gue
juga.”
“Yang
suka curhat?”
“Gue
lagi! Tapikan dia yang nyuruh!”
“Gue
rasa lo terlalu pede! Coba deh lo jangan SMS dia duluan, kalau dia naksir sama
lo dia pasti merasa kehilangan. Akhirnya dia deh yang sms lo duluan!”
Sudah
3 hari ini Karina tidak menghubungi Bobby untuk mengikuti saran Angel. Tapi
sampai saat ini pun nama Bobby sama sekali tidak mucul di layar HP Karina. Rasa
kangen mengalahkan segalanya. Akhirnya Karina menghubungi Bobby duluan.
“Kemarin
gue SMSan lagi sama Kak Bobby.” Karina bercerita panjang kali lebar kali tinggi
tentang saran Angel tempo hari. Angel tertawa mendengarnya.
“Tuh
kan gue bilang juga apa, pede lo ketinggian.” ejek Angel.
“Jadi
menurut lo dia gak suka sama gue?”
“Ya,
belum tentu juga sih.”
“Jadi
Kak Bobby naksir sama gue?” Karina berharap cemas.
“Mana
gue tau! Gue bukan peramal!” jawab Angel acuh.
Karina
memajukan bibirnya mendengar ejekan Angel. Melihat sahabatnya bermuka masam,
Angel mencoba menghiburnya. “Oh ya, entar ikut ke rumah yuk!”
“Ngapain?”
Karina menyantap mienya yang lagi panas.
“Lo
pengen ketemu kak Bobby nggak?” kayaknya hari ini dia main ke rumah loh!” bujuk
Angel.
Mata
Karina berbinar-binar. Dia mengangguk dengan penuh semangat. Sampai-sampai kuah
mienya muncrat kemana-mana.
Benar
kata Angel, Bobby datang ke rumahnya bersama abangnya dan seorang cowok lain
yang punya wajah cute, chubby. Karina menyapa Bobby dengan malu-malu genit.
Bobby tersenyum melihat Karina. Mata mereka bertemu. Saat itu juga ada petir
menyambar jantung Karina .
“Tuh
kan Ngel, Kak Bobby ngeliatin gue mesra banget. Itu tandanya dia naksir sama
gue!” kata Karina.
“Ah
masa sih?” sahut Angel. “Terus kapan pacaranya?”
“Iya
nih, kok Kak Bobby kapan ya nembaknya?” Karina menggaruk kepalanya yang gak gatal.
Dan Angel hanya tertawa.
Sudah
sebulan Karina dan Bobby berhubungan. Tetapi tidak ada kejelasan akan dibawa
kemana hubungan itu. Lama-lama Karina merasa lelah jika harus terus menunggu.
Apalagi selama ini Karina lah yang SMS atau telpon duluan. Sebagai cewek,
Karina juga masih punya harga diri. Bobby juga tidak pernah mengajaknya
ketemuan. Kalau ingin ketemu, Karina harus nunggu Bobby main ke rumah Angel.
Itupun tidak setiap hari. Karina galau.
“Kesel
gue di PHP in terus sama Kak Bobby!” keluh Karina. Kebetulan mereka lagi hang
out di cafe depan perpustakaan kota. Dua cangkir mocachino menemani
perbincangan mereka saat itu. “Sebenernya dia suka gak sih sama gue?” Karina
semakin kesal.
“Gue
juga gak tau.” Angel menyesap mocachinono miliknya.
“Ya
lo tanyain ke abang lo dong. Kak Bobby tuh sebenernya suka sama gue gak sih!”
Karina mulai uring-uringan. “Jangan-jangan Kak Bobby udah punya cewek. Atau dia
hanya mainin gue?” Karina mulai menebak-nebak apa yang sebenarnya sedang
terjadi.
“Gue
gak tau.” Jawab Angel sekenanya.
“Terus
gue harus ngapain? Gue terlanjur cinta sama Kak Bobby.” Balas Karina sambil meletakkan kepalanya di
atas meja. Secara tidak sengaja mata Karina mengarah ke ujung lain cafe. Dia
melihat Kak Bobby duduk dengan cowok chubby berwajah cute yang pernah diajak
main ke rumah Angel. Mereka berpegangan tangan mesra, seakan-akan tak peduli
dengan orang-orang di sekitar mereka. Perasaan Karina menjadi kacau. Percaya
gak percaya sekarang Karina tahu jawaban dari pertanyaannya selama ini. Ternyata
Kak Bobby adalah seorang G*y.
Ø Unsur Intrinsik Cerpen
1. Judul : Cinta Dalam Tanda Kutip
2. Tema : Cinta Tak terbalas
3. Tokoh : 1. dan watak tokoh
a. Karina: ke ge-er an
(... Dia selalu bales
SMS gue, ngangkat telpon dari gue. Gue yakin kalau dia suka sama gue!” kata
Karina.)
b. Angel: Perhatian
dengan sahabat
(.... Melihat
sahabatnya bermuka masam, Angel mencoba menghiburnya. ...)
c. Bobby: Ramah
(“Bobby!” balas Bobby
ramah.)
2.
Penokohan : Pengarang menampilkan watak tokoh melalui dialog antar tokoh dan
narasi.
4. Setting:
a. Tempat : 1. Perpustakaan kota
(Dia datang, cowok itu datang lagi
ke perpustakaan kota.)
2. Sekolah
(Keesokan harinya di
sekolah, pagi-pagi sekali Karina sudah membicarakan Bobby. ...)
3. Rumah Angel
(Benar kata Angel,
Bobby datang ke rumahnya bersama abangnya...)
4.Cafe
(... Kebetulan mereka
lagi hang out di cafe depan perpustakaan kota. ...)
b. Suasana : Bahagia
(... Karina sangat
bahagia...)
c. Waktu :
a. Pulang sekolah
(Di
perjalanan pulang, Karina terus membicarakan Bobby. ...)
b.
Pagi hari
(Keesokan
harinya di sekolah, pagi-pagi sekali Karina sudah membicarakan Bobby. ...)
5. Alur : Maju
(Keesokan harinya di
sekolah. ...)
6. Sudut
Pandang : Orang ketiga serba tahu (Ada
percakapan)
7. Amanat : Jangan pernah berharap
lebih dari sesuatu yang belum
jelas kepastiannya.
TERIMKASIH
BalasHapusTERIMAKASIH
BalasHapus