ANDE-ANDE RUMPUT MENCARI ISTRI
1.
Gilang : Bupati
2.
Ansori : Ande-Ande Rumput
3.
Arum : BuBupati + Penjual Sayur
4.
Dzuna : Klanting Biru
5.
Rena : Klanting Merah
6.
Susan : Klanting Kuning + Tukang
Laundry
v Rumah Bapak Bupati.
Bapak
Bupati menyapu halaman rumahnya.
Bupati : “Bupati, nyapu halaman rumah?” (nada
heran). “Bu Bupati sibuk nyiapin sarapan. Bahkan pembantu pun pulang kampung,
padahal sekampung. Kalo gini terus, bagaimana bisa aku jadi Bupati teladan?
Ande : “Assalamualaikum.” (mengangkat tangan kanan).
“Bapaaaaaaa……… ..” (Berlari menuju kearah bupati dengan gaya slowmotion).
Bupati : “Siapa kamu?” (bingung)
Ande : “Empat tahun aku merantau ke negeri china
untuk meneruskan pendidikanku sebagai Bupati Bapak. Dan sekarang kau melupakan
ku Bapa?” (berjalan menjauhi bupati, slowmotion)
Bupati : “Jadii, kamu.” (berfikir). “Anakkuuuuu…..”
(berpelukan dengan ande-ande rumput, sebelum benar-benar berpelukan Bupati
berhenti dan berfikir). “Tunggu! Anakku yang di China itu ada dua. Kamu
Ande-Ande Rumput atau Lumba-Lumba Laut?” (menuding Ande-ande Rumput dengan
wajah serius).
Ande : “Haiiiiiyyyyaa. Lumba-Lumba Laut kan
cewek Bapak. Sedangkan aku lihatlah! Aku tampan, menawan, kharismatik.
Bagaimana bisa bapak meragukan kejantananku?”
Bupati : “Astaghfirullahhal’adzim. Ande-Ande Rumput
to. Bu’e bu’e iki lo onok cah lanang ganteng bu’e.”
Bu Bupati: “Oalah pak
pak. Cah lanang ganteng kuwi yo sopo to pak?” (keluar dari rumah menghampiri
bupati). “Oalah astaghfirullahhal’adzim, iki Ande-Ande Rumput opo duduk to? Kok
bagus banget.” (salaman dengan ande-ande rumput). “Kok wes muleh to le le teko
cino kono, lah wong bapak sama ibuk iku masih asik berduaan kok.”
Ande : “Terus gimana dong buk, ananda kan sudah
kangen banget sama bapak sama ibu. Dan terus bapak, ananda ngebet banget nih pengen
jadi bupati kebanggaan. Tapi kalo mau jadi Bupati kebanggaan, Bu Bupatinya
mana?” (menunduk wajah sedih)
Bu Bupati: “Walah to
le le, bapak sama ibu iku nyekolahinkamu jauh-jauh ke china, lah kok nyari
jodoh dikampung sendiri to le le. Nyari itu mbok ya seng mulus-mulus yang
bohai-bohai kayak itu lo siapa itu, Yoona opo Song Hye Kyo. ”
Ande : “Walah pak’e buk’e bule disana itu gak
doyan sama Bupati, duwitnya sedikit gak bisa buat hura-hura. Buat beli pensil
alis sama gincu mereka aja mah ananda bisa gak makan dua bulan. Maka dari itu
pak’e buk’e, ananda pulang itu untuk mencari istri yang bisa mengarungi bahtera
rumah tangga bukan dengan bergelimang harta tapi dengan selimut bahagia.
Bupati : “Yaudah le tenang, bagaimana kalau kita
adain acara sayembara yang ada tantangannya gitu lo.”
Bu
Bupati: “Iyo setuju pak’e, tapi tantangan e iku opo yo?”
Ande : “Ah, gini buk’e pak’e. bagainmana kalo
calon istriku tantangannya berdasarkan pakaian terbeik mereka?”
Bupati : “Yaudah itu terserah kamu le, besok bapak sebar undangan
sayembaranya ke kampong-kampung sekitar sini yo.”
Di
pasar kampong.
Merah : “Buk bawangnya 2kg ya.” (ngomong sama tukang
sayur)
Biru : “Eh, bawangnya 1 ons saja loh mbak yu.”
Merah : “Satu ons gundulmu. Aku itu butuhnya 2kg,
bawang satu ons iku gawe masak opo?”
Biru : “Yaelah mbak’e, kan uangnya lumayan buat
beli baju, make up, sepatu, tas.”
Merah : “Heh kamu ya, buat apa beli baju, make
up,sepatu kalo ndak bisa dimakan? Hidup itu untuk makan jangan buat belanja-belanja
baju.”
Biru : “Kalo makan gak pakek baju kan. Saru mbak
yu.”
Merah : (melengos) “Kuniiiiiiiiiiinggggg…… iki gowo
belanjananku.”
Kuning : (menerima belanjaan dan kembali di belakang
klanting biru) “Iya mbak yu.”
§ Banyak kertas
berterbangan ditiup angin, merah dan biru sibuk marah-marah gara-gara
kertas-kertasnya mengenai muka mereka. Kuning mencoba membacanya.
Kuning
: “Sayembara calon istri bupati?”
§ Sontak merah dan biru
merebut kertas yang dipegang kuning.
Biru : “Tantangannya memakai pakaian terbaik. Tu
kan mbak yu ayo beli baju, kan malu sama gadis-gadis yang lain kalo kita pake
ini.”
Merah : “Wes lah mending saiki pulang dulu. Siapa
tau dari rumah kita dapat warisan ato ada hujan baju.”
v Kamar Klenting Kuning.
Merah : “Kuniiiiiiiinnggg…. Udah pagi kok ya masih
bangun, eh masih bangun kan jadinya. Kok malah masih tidur.”
Biru : “Dasar pemalas kamu!”
Kuning : “Ini lak yo masih gelap to mbak.”
Biru : “Gelap gundulmu, bangun kuning!!!”
Merah : “Cucikan itu baju-baju kami! Sama sepatu aku
jangan lupa yang heels nya 20cm yang mau aku pakek buat ke sayembara.
Kuning : “Aduh mbak, sabar po’o. Aku itu capek dari
kemarin habis latihan teater sama hafalan SKI.”
Merah : “Siapa juga yang suruh kamu jadi aktivis?
Terus pekerjaan rumah dilupain. Udah sono cuci bajunya nih, lelet!!”
(memberantakan baju-bbaju yang akan dicuci)
§ Klanting Kuning nyuci
dikali.
Kuning : “Eleh-eleh, sayembara udah besok tapi kok
bajunya baru dicuci sekarang. Kalo gak kering baru tau rasa mereka.” (nyuci)
“Tapi masih mending, mereka kan punya baju bagus. Sedangkan aku, punyanya ya
cuman baju ini doang.” (melihat baju yang sedang dipakainya) “Yang nggak
kekinian dan gak hits sama sekali. Masa’ iya baju kayak gini mau aku pakek saat
sayembara?”
Merah : “Kok aku belum puas ya sama baju kita.
Modlnya itu gak hits gitu loh.”
Biru : “Bener mbak’e, kalo menurutku baju kita
itu kurang gimana gitu kelihatannya kalo dibuat ke sayembara.” “Eh, aku punya
ide mbak’e.”
Merah : “Ide opo to yo? Wegah aku nek idemu sokor
jeplak gak masuk akal. Andaikan onok ujan gaun.”
Biru : “Gini lo mbak, mbak ngerti kan laundry
yang di deket pasar iku? Iku kan yang laundry disitu orang kaya-kaya, pasti
bajunya bagus-bagus mbak’e. gimana kalo kita ambil aja beberapa baju yang lagi
dijemur, nanti kalo salah satu dari kita atau kita berdua jadi istrinya bupati
muda kan kita bias ganti baju yang kita ambil itu. Gimana?”
Merah : “Cling, idemu itu kok ya bgus banget to. Aku
setuju. Ayo kita kesana sekarang.”
Tukang Laundry : “……..” (nyanyi terserah sambil
jemurin baju) “Alhamdulillah usaha laundryku makin lancar, gak ada yang bias
nyaingin usahaku. Malahan banya yang ngelamar kerja, padahal aku sendiri belum
ada yang ngelmar sampai sekarang. Laki-laki jaman sekarang sih sukanya
cewek-cewek yang nge hits dan kekinian, sedangkan aku cewek sederhana tapi
cantik dan bodiku ngalahin Yoona senesendi.” (keluar panggung)
§ Merah sama biru masuk
panggung mengendap-endap, memilih-milih dan mengambil 2 potong baju.
Tukang
Laundry : “Jemur lagi jemur lagi
cantiiikk cantik.”
§ Merah dan Biru panik
dan buru-buru keluar sebelum tukang laundry muncul.
Tukang Laundry : (mulai menjemur baju dan sadar ada
yang kurang) “Loh, bajuku renggang gini kayak hubunganku.” (menata jemuran lalu
keluar) “Alhamdulillah.”
Kuning : (melipat-lipat baju, tangannya kena jarum)
“Ahh.. apa ini? Buukanya ini jarum buat jahit? Oh iya aku punya beberapa lembar
kain dan benang jahit. Aku akan coba membuat baju yang indah. Aku kan juga
ingin ikutan sayembara.” (mulai menjahit)
§ Rumah bupati.
Bupati : “Gimana le? Udah ada yang cocok?”
Ande : “Entahlah pak, ananda sudah merasa putus
asa. Sejak tadi tidak ada yang mampu menaklukkan hati ananda.”
Bu Bupati: “Oalah le
le, raimu yo ojo sok seneng ngono to le. Ibuk yakin yen teko sayembara iki kowe
pasti intuk jodoh.”
Ande : “Yasudahlah bu pak, ananda permisi
kebelakang dulu deh mau ganti dp dan bikin pm galau.”
Bupati : “Yasudah kamu masuk saja, nanti kalo ada
cewek yang dating bapak panggil kamu.”
Bu
Bupati: “Tuggu-tunggu le, sini kita selfi dulu bertiga nanti ibuk upload di
instagram.” (selfi)
Klanting
Merah dan biru datang.
Merah : “Selamat siang bapak bupati, perkenalkan
saya Klanting Merah 20 tahun masih gadis dan masih jomblo sampai sekarang.”
(ekspresi sedih)
Biru : “Kalo saya Klanting Biru 19 tahun masih
gadis juga dan sayangnya juga jomblo sampai sekarang.”
Bupati : “Oh, kalian juga mau ikutan sayembara ya.
Ini baju-bajunya pada beli di ol shop mana?”
Merah : “Ah beli? Kita ini jahit sendiri loh pak.”
Biru : “Iya pak, kita ini kan calon istri yang
baik, jadi semuanya dilakukan sendiri. Oh iya pak, mas An mana? Kok gak
kelihatan?”
Bupati : “Oh iya bentar-bentar bapak panggilin.
Ande!! Ini ada cewek-cewek datang ”
Ande : “Aku gak mau sama mereka pak e.”
Merah : (marah sama bupati) “Eh, kita ini udah dandan
cantik-cantik masa’ ya gak ada yang diterima. Jangan sok sombong dong jadi
orang.”
Biru : “Lagian inikan juga baru perkenalan,
masa’ iya langsung ditolak begitu aja?”
Bupati : “Eh, ee, gininya nduk. Yang mau nikah itu si
An, jadi semua keputusan ya tergantung sama An, saya ndak bisa memaksa kalo
anak saya itu ndak suka sama kalian.”
Merah : (teriak kearah ande-ande rumput) “Emangnya
kita ini kurang apa sih mas An? Cantik udah, putih udah, bodiku juga gak kalah
sama personil JKT 48.”
Bu
Bupati: (masuk panggung) “loh-loh-loh, ada apa ini kok ribut-ribut bingit?”
Biru : “ini loh bu, mas An gak mau menerima kita
untuk jadi istrinya. Kami itu sudah berjuang loh demi baju ini.”
Ande : “Berjuang apanya? Orang kalian nyolong itu
baju dari tempat laundry deket pasar.” (treak dari luar panggung)
Bu
Bupati: “Loh, tunggu dulu inikan baju ibu-ibu PKK pak’e. terus yang ini kan
hadiah anniversary dari bapak to.”
Bupati : “Iya e bu’e. mereka ini beneran nyuri dari
laundry ya?”
§ Klanting Merah dan Klanting
Biru kaget lalu tertunduk malu. Klanting Kuning datang.
Kuning : “Assalamualaikum. Saya Klanting kuning.”
Bupati : (menghampiri kuning) “Anak ini tidak cantik,
tapi bajunya bagus.”
Bu
Bupati: “Klanting? Kamu nyolong baju juga seperti mbakyu-mbakyu mu itu?”
Kuning : “Nggak
bu, saya ngejahit baju ini semalaman dan tadi saya bangun kesiangan
makanya saya telat.”
Bu bupati: “Yasudah,
saya panggilkan dulu ya si An. Aaaaaaannnnnn, ini ada cewek ya gak
cantik-cantik amat tapi bajunya gak nyolong dari laundry. Kamu mau nerima dia
ato nggak?”
Ande : “Ibuuuuu…. Akuu. Aku. Sangat mau bu.
Dialah yang aku mau selama ini.”
Bupati : “Ande, kamu beneran suka sama dia?”
Kuning : “Ande? Ande-Ande Rumput?”
Ande : “Iya ning ini aku, aku sudah kembali.
Terima kasih sudah menungguku selama ini.”
Kuning : “Ribuan hari aku merindukanmu dalam sunyi,
sekarang kamu ada disini Ande, kuharap ini bukan sebuah ilusi.”
Merah
& Biru: “Tunggu dulu, ada apa ini sebenarnya?”
Ande : “Sebenarnya kami adalah sahabat sejak
dulu, tetapi kami terpisah saat mencari pokemon. Dan aku belum sempat
mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya saat hendak pergi ke china. Ning,
maukah kau menjadi Ibu Bupati selanjutnya?”
Kuning : “Maaf, tapi tidak An.”
Ande : “Ning, kau menolakku?”
Kuning : “Aku tidak ingin hanya menjadi Ibu Bupati
selanjutnya, aku hanya ingin menjadi istrimu satu-satunya. Aku tidak ingin
mencintaimu karna tahtamu, tapi karena kamu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar